Selasa, 17 Desember 2013

Dampak Evolusi Ponsel yang Makin Gila-gilaan


Dampak Evolusi Ponsel yang Makin Gila-gilaan 

http://images.detik.com/content/2013/12/18/398/ponselanekaos.jpg

Sepuluh tahun yang lalu kita mungkin tak pernah membayangkan, ponsel yang kala itu cuma bisa telepon dan SMS -- nada deringnya pun masih polyphonic -- sekarang sudah bisa berbagai fungsi. Dan harganya juga makin gila-gilaan.

Ponsel yang tadinya cuma basic phone, seiring perkembangan zaman, tren, dan teknologi, mulai berkembang, regenerasi, bermetamorfosis, menjadi feature phone. Era itu pun berlalu dan kini makin canggih lagi. Maka, hadirlah smartphone, sang ponsel cerdas.

Mulai dari main game, internetan, multimedia messaging, email, menonton video, mobile shopping, dan lain sebagainya, tinggal sebut saja -- semua ada dan semua bisa. Pilihan pun makin banyak, mulai dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Tinggal masalah selera saja.

Nah, melihat tren yang terus berubah cepat, mungkin kita kembali dibuat penasaran. Kiranya, bakal seperti apa tren gaya hidup digital mobile ini nantinya. Apa saja dampaknya bagi kehidupan kita di masa depan.

Tak perlu berlama-lama, simak saja penerawangan Ericsson yang juga membayangkan bakal ada 50 miliar perangkat yang terhubung di dunia dalam waktu tujuh tahun dari sekarang, tepatnya di 2020 nanti. Seperti apa?

1. Minim Fitur, Mahal Harga

http://images.detik.com/content/2013/12/18/398/135211_r1.jpg
Masih ingatkah Anda dulu saat ponsel awal-awal dipopulerkan oleh Motorola, Nokia, Ericsson, dan Siemens. Khususnya saat layanan seluler baru kali pertama hadir di Indonesia, sekitar tahun 1995?

Saat baru kali pertama hadir, harga ponsel masih sedikit lebih mahal dari harga sepeda motor. Ponsel yang kala itu masih sebesar batu bata dan masih sangat minim fitur, sempat dihargai Rp 15 juta hingga Rp 25 juta.

Jadi, kalau Anda cuma punya uang Rp 500 ribu, jangan harap bisa punya yang namanya ponsel. Uang segitu hanya cukup untuk beli SIM Card-nya saja. Bahkan, harga SIM Card sempat melonjak tembus Rp 1 jutaan karena saking langkanya.

Harga ponsel dan SIM Card yang masih cukup mahal membuat penetrasi seluler jadi sangat lambat. Belum lagi ketersediaan jaringannya juga sangat minim coverage. Sampai-sampai ada istilah, GSM yang harusnya Global Satellite for Mobile communication, diartikan seenaknya menjadi: ‘Geser Sedikit Mati'.

2. Makin Canggih, Makin Murah

http://images.detik.com/content/2013/12/18/398/135245_r2.jpg
Kita mungkin patut bersyukur, perkembangan teknologi dan kompetisi membuat ponsel dan SIM Card makin mudah dijangkau. Bahkan, SIM card saat ini diobral harganya, kadang bisa didapatkan dengan gratis.

Ponsel minim fitur yang tadinya puluhan juta rupiah, kini bisa didapat dengan modal cukup ratusan ribu rupiah saja. Kalau mau merasakan fitur ponsel yang lebih canggih lagi, tambahan kocek yang harus dirogoh pun tak seberapa.

Dengan menggeliatnya ponsel buatan China, terlebih setelah mereka ikut mengadopsi Android, harga ponsel di dunia otomatis turun. Vendor-vendor besar pun terpaksa menyesuaikan harga agar tidak tergerus pasarnya.

3. Dampak Smartphone Murah

http://images.detik.com/content/2013/12/18/398/135346_r3.jpg
Memang tak bisa dipungkiri, pangsa pasar terbesar pengguna ponsel di dunia saat ini masih didominasi oleh basic phone dan feature phone. Namun dominasi itu diyakini akan kian surut dengan pergeseran tren dan kian murahnya harga smartphone.

Makin banyaknya smartphone yang dihargai Rp 1 juta ke bawah, ternyata membawa dampak besar bagi peta teknologi dunia. Pertumbuhannya makin gila-gilaan dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini diyakini Ericsson masih akan berlanjut hingga enam-tujuh tahun ke depan.

“Pesatnya pertumbuhan smartphone merupakan hal yang fenomenal dan tren pertumbuhan ini terus berlanjut,” kata Douglas Gilstrap, Senior Vice President and Head of Strategy Ericsson.

Jika sebelumnya kita butuh lebih dari lima tahun untuk mencapai satu miliar pengguna smartphone, namun tidak lebih dari dua tahun nantinya untuk mencapai dua miliar. Dan angka itu akan lebih cepat lagi didapat dalam waktu relatif lebih singkat.

“Sejak saat ini hingga 2019, pengguna smartphone akan meningkat tiga kali lipat. Menariknya, tren ini akan didorong oleh serapan yang tinggi di China dan pasar negara berkembang lainnya di mana smartphone murah banyak bermunculan,” lanjut Gilstrap.

4. Tumbuh Gila-gilaan

http://images.detik.com/content/2013/12/18/398/135446_r4.jpg
Makin banyaknya smartphone murah yang tersedia di pasar, sangat mendorong pertumbuhan jumlah pengguna smartphone di dunia. Smartphone yang tadinya cuma 25%, akan menjadi 60% dari total populasi pengguna ponsel.

Dari data yang dipaparkan Mobility Report Ericsson, pengguna smartphone dunia yang tadinya cuma 1,9 miliar di tahun 2013 ini, dalam waktu enam tahun ke depan akan tumbuh pesat hingga tiga kali lipat menjadi 5,6 miliar di 2019.

“Saat ini, smartphone mewakili 25%-30% pengguna perangkat mobile. Namun penjualan smartphone telah mencapai 55% dari seluruh penjualan telepon seluler di kuartal ketiga 2013,” kata Gilstrap.

Pertumbuhan ini juga didorong oleh meningkatnya coverage jaringan seluler. Pada 2019 mendatang, Ericsson menyebutkan 90% populasi dunia akan terjangkau oleh jaringan 3G WCDMA/HSPA, dan 65% sudah akan terjangkau oleh 4G LTE.

Di Indonesia saat ini, jumlah pengguna seluler juga telah melampaui jumlah populasi penduduk seiring kian murahnya ponsel dan SIM Card. Sejak hadir kali pertama 1995 silam, kini penggunanya telah mencapai 260 juta. Penetrasi 100% telah terlampaui sejak dua tahun yang lalu, dan di kuartal ketiga 2013 ini, masih ada penambahan 5 juta pelanggan baru.

5. Ledakan Trafik Internet

http://images.detik.com/content/2013/12/18/398/135528_r5.jpg
Yang lebih gilanya lagi, pertumbuhan pengguna smartphone yang meningkat tiga kali lipat ini juga akan mendorong trafik data di kalangan pengguna smartphone, tumbuh 10 kali lipat sejak 2013 hingga 2019.

Riset Ericsson menyebutkan, ledakan trafik data internet itu akan didorong penggunaan smartphone, laptop, dan tablet PC. Jika di 2013 ini total konsumsi bandwidth data per bulan untuk laptop rata-rata 3,3 GB, tablet 1 GB, dan smartphone 600 MB, nantinya di 2019, rata-rata akan gila dalam hal konsumsi data.

Konsumsi data per bulan untuk laptop akan menembus rata-rata 13 GB, di tablet PC sekitar 4,5 GB, dan di smartphone tumbuh jadi 2,2 GB. Ini cuma rata-rata saja, sementara untuk yang heavy users angkanya bisa jauh di atas itu. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa video online memiliki sumbangsih terbesar terhadap volume trafik data, dimana 25% dari total trafik smartphone dan 40% dari total trafik tablet.

Berdasarkan riset Ericsson, penggunaan smartphone di India dan Indonesia juga sangat tinggi untuk kegiatan instant messaging, games, jejaring sosial, berita, browse situs internet, online banking, pembelian produk online, dan video streaming. Perbedaannya, di Indonesia kebanyakan masih menggunakan laptop untuk melakukan video streaming

“Pesatnya trafik data ini juga karena didorong tren selfie. Kalau sekarang orang narsisnya kebanyakan masih lewat foto, nanti narsisnya pakai video,” kata Hardyana Syintawati, Vice President Marketing Communication Ericsson Indonesia.

6. Tren Digital Lifestyle

http://images.detik.com/content/2013/12/18/398/135623_r6.jpg
Berdasarkan riset Ericsson ConsumerLab, terdapat 10 tren dalam penggunaan smartphone pada 2014. Pertama, aplikasi mobile yang mengubah gaya hidup masyarakat. Kedua, tubuh menjadi kata kunci baru. Ketiga, aplikasi pengukuran tubuh. Keempat, internet diharapkan ada di mana-mana. Kelima, adopsi smartphone akan mengurangi kesenjangan digital.

Keenam, manfaat online daripada kekhawatiran risiko. Ketujuh, permintaan layanan video. Kedelapan, aplikasi untuk mengetahui konsumsi data. Kesembilan, aplikasi sensor di lingkungan sekitar, dan terakhir menggunakan aplikasi pada device mana pun.

Nah, dari tren ini juga, aplikasi mobile shopping akan menjadi aplikasi yang banyak digunakan oleh pengguna smartphone global, termasuk Indonesia pada 2014 nanti. Menurut riset Ericsson, aplikasi belanja tersebut akan digunakan oleh 75% pengguna smartphone di seluruh dunia.

7. Gaya Hidup Disetir Aplikasi

http://images.detik.com/content/2013/12/18/398/135651_r7.jpg
Adopsi penggunaan smartphone yang tinggi saat ini juga mengubah cara masyarakat berkomunikasi melalui aplikasi mobile. Terdapat tiga tren yang dekat dengan konsumer di Indonesia pada tahun depan.

Pertama, aplikasi mengubah gaya hidup masyarakat. Kedua, tren smartphone yang mereduksi digital divide di negara-negara berkembang. Dan ketiga, tren permintaan akses internet di mana saja.

Menurut Ericsson, masyarakat akan melakukan komunikasi melalui aplikasi yang ada di smartphone dibanding melakukan telepon. Di sisi lain, aplikasi baru yang menyasar kebutuhan keseharian masyarakat terus bertambah jumlahnya.

Berdasarkan risetnya, beberapa aplikasi komunikasi mengenai kegiatan belanja, restoran, hiburan, tempat penitipan anak, komunikasi, dan lalu lintas yang akan menjadi sarana komunikasi melalui smartphone pada tahun depan hingga tiga tahun mendatang.

Penggunaan aplikasi komunikasi belanja diperkirakan akan mencapai 75% dari total pengguna smartphone di dunia. Saat ini penggunaannya baru mencapai 20%. Aplikasi restoran berada di urutan dua, yakni mencapai 72%. Disusul aplikasi komunikasi (65%), aplikasi tempat hiburan (62%), aplikasi informasi tempat penitipan anak (61%), dan aplikasi lalu lintas (57%).

8. Rage of the Machine

http://images.detik.com/content/2013/12/18/398/135749_r9.jpg
Ericsson sebelumnya telah jauh-jauh hari memprediksi. Di 2020 nanti, atau tujuh tahun dari sekarang, akan ada 50 miliar perangkat yang terkoneksi melalui jaringan seluler dan internet.

Jika melihat pertumbuhan trafik pengguna ponsel dan SIM card yang beredar, kemudian dibandingkan dengan total populasi penduduk dunia. Rasanya angka 50 miliar itu belum sepenuhnya tercapai.

Jika di 2019 saja pengguna seluler cuma diproyeksi 9,3 miliar, lantas dari mana pertumbuhan lainnya? Jawabannya tentu saja dari pertumbuhan non-human alias mesin. Sejak beberapa tahun terakhir, operator sudah gencar mencari alternatif baru dari stagnannya pertumbuhan pengguna seluler.

Nantinya, di masa depan, layanan seluler tak lagi didominasi oleh manusia dengan telepon genggamnya. Layanan seluler juga akan didominasi oleh machine-to-machine (M2M). Dominasi ini sebenarnya sudah bisa dilihat sejak saat ini, dimana mayoritas pengguna internet bukan lagi manusia.

Berdasarkan riset Incapsula, dari total seluruh lalu lintas internet, 61,5% di antaranya dilakukan oleh mesin, atau yang biasa dikenal dengan istilah Bot. Sementara manusia hanya 38,5%. Bot yang dimaksud juga bermacam-macam, ada yang berupa sebagai hacking tools, penyebar spam, dan lainnya.

Jumlah Bot belakangan memang disinyalir meningkat tajam. Berdasarkan hasil riset yang sama, tahun 2012 lalu manusia masih mengusai sekitar 49% lalu lintas internet, sementara Bot berkisar 51%.






Cute Rocking Baby Monkey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar